Dum truck pengangkut Koalin |
KbarMania.com, Asahan - Kegiatan galian tambang Kaolin ( tanah liat berkandungan besi rendah) yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat Dusun II dan III, Desa Padang Pulau, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, disoal beberapa elemen masyarakat.
Pasalnya kegiatan tambang tersebut dinilai mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat teknis pengelolaan pertambangan yang tidak profesional. Contohnya lubang galian pasca penambangan dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan proses pemulihan lahan (recovery prosess).
Hal itu dikatakan Pemerhati lingkungan Komunitas Rombuk Hijau Asahan, Muklis Silalahi kepada KabarMania.com, Sabtu (29/5) siang sa'at personil komunitas tersebut ikut memantau masuknya Excavator (Beko) melalui jalan Desa yang cukup sempit menuju lokasi 20 Hektar lokasi tambang Kaolin di Dusun II.
Muklis menambahkan bahwa kegiatan ini sudah berlangsung empat (4) periode galian sejak 3 tahun terakhir ini. Masyarakat sudah 2 kali melakukan musyawarah di Kantor Desa dengan para pihak, untuk evaluasi dan membentuk nota kesepahaman dalam proses ekploitasi pertambangan kaolin yang tertib, aman dan ramah lingkungan.
Namun hingga sekarang masih banyak persoalan yang muncul sebagai dampak pertambangan Kaolin serta cukup meresahkan warga. Perubahan pada kerusakan tata ruang lingkungan pasca penggalian, lubang galian yang cukup dalam masih tersisa pada banyak tempat yang beresiko pada keselamatan warga terutama anak - anak.
Sebagian masyarakat khawatir terulangnya kembali peristiwa maut yang menimpa anak salah satu warga sekira se-tahun lalu karena tenggelam di eks lokasi tambang yang berdekatan dengan hunian warga. Itu masih persoalan di hulu, belum lagi persoalan di hilir yang juga sangat komplek.
Pelaksana penambangan hendaknya selalu mengevaluasi mobilisasi material tambang yang menggunakan dum truk colt diesel ke area stock File sekira 10 Km ke Desa Aek Songsongan secara rutin, karena masyarakat kerap menyaksikan Sopir dum truck ugal - ugalan berkendaraan.
Mereka boleh saja mengejar target, namun kerusakan fasilitas sarana Drainase Desa, memicu konsentrasi banyaknya debu akibat dari bak truck yang tidak ditutup sehingga terjadi ceceran tanah kaolin di sepanjang jalan dari lokasi tambang menuju stock file, sementara penyiraman pada lintasan jalan yang dilalui dinilai belum efektif.
Perhatian Pemerintah dalam bentuk pengawasan tidak dapat diharapkan dan sangat mengecewakan baik Pemkab. Asahan maupun Pemprov. Sumut, yang tampak abai dengan persoalan lingkungan yang terjadi pasca tambang di wilayah kecamatan Bandar Pulau ini.
Jika ekploitasi dan pemulihan dilakukan sesuai dengan kajian - kajian yang komprehensif sesuai panduan dalam satuan dokumen perizinan serta pengawasan ketat, mungkin kerusakan lingkungan yang terjadi tidak separah ini, celetuk Muklis.
Pemerhati lainnya, Tokoh Masyarakat Rahuning, Barus Sitorus, menduga mobilisasi material tambang kaolin dengan armada truk tronton dari stok file menuju Kawasan Industri Medan (KIM) over tonase. Pngusaha dalam bisnis tambang kaolin ini tampaknya masih berorientasi pada keuntungan ekonomi semata, tanpa memperhatikan aspek sosial dan kesehatan masyarakat.
Ingat ada berapa unit truck tronton pengangkut kaolin yang terbalik pada lintasan jalan provinsi Pulau Rakyat - Tobasa terakhir ini, bukankah itu merupakan fakta yang tidak terbantahkan bahwa bobot muatannya sudah berlebihan, jika di bandingkan dengan kondisi, kelas dan kapasitas jalan dalam menopang beban kendaraannya.
Jadi pihak pengusaha kaolin, hendaknya mengevaluasi pola bisnis yang seimbang antara nilai - nilai keuntungan dengan resiko sosial lainnya menyangkut keselamatan serta kerusakan sarana jalan umum.
Pemerintah khususnya DLLAJ, kami berharap peran pengawasannya, diminta melakukan funsinya, menindak tegas truck - truck pengusaha nakal yang melanggar peraturan demi mengejar keuntungan semata. tegasnya.
Supri Nahombang pelaksana produksi tambang kaolin sa'at dikonfirmasi wartawan, Senin (31/5) siang, mengatakan pihaknya telah melakukan sistem pengelolaan tambang sesuai aturan yang berlaku dan meningkatkan kepedulian sosial bagi warga sekitar.
Kami tetap berupaya melakukan kegiatan produksi tambang sesuai petunjuk teknis yang ada dan menerima usulan dan kritikan yang sifatnya untuk evaluasi.
Bahkan sebelum kegiatan produksi dimulai, kami berinteraksi dengan warga sekitar untuk menyalurkan bantuan sosial seperti bahan sembako, dan membantu pengembangan sarana sosial dan rumah ibadah serta mendukung setiap kegiatan warga dalam bentuk proposal, jelas Supri Nahombang. (KBM)